Suatu hari seorang sahabat mendatangi Umar bin Kaththab karena bertengkar dengan istrinya. Setiba di rumah Umar langkahnya terhenti, dia mendengar Umar sedang memiliki masalah yang sama. Dari pintu rumah Umar yang sedikit terbuka, dia melihat Umar diam saja, tak melawan. Dan saat dia berbalik arah hendak pulang, Umar memanggilnya.
Sang sahabat berkata, “Umar, masalahku tak sebesar apa yang engkau hadapi, aku melihatmu tadi berselisih dengan istrimu dan engkau hanya diam.”
Umar berkata, “Engkau lihat rumahku teramat sangat sederhana, jangankan pembantu, untuk kebutuhan sehari-hari saja kadang aku tak mampu memberikannya pada istriku, dan aku sama sekali tidak bisa membantu meringankan pekerjaannya karena kesibukanku sebagai khalifah.”
“Tahukah engkau seberapa berat beban yang harus dia tanggung, setelah dia membersihkan seisi rumah sendiri, memasak untuk diriku, merawat dan mendidik anak-anakku,” kata Umar lagi.
Umar melanjutkan, “Semua dia lakukan sendiri karena aku tidak bisa membayar pembantu untuk meringankan bebannya, padahal semua itu adalah tugasku. Memuliakan seorang istri di dalam rumahnya adalah tugas suami. Tapi aku tidak mampu menggaji pembantu sehingga dia harus mengerjakan semua sendiri. Oleh karena itu aku memilih diam dan mendengarkannya. Itu pun tidak sebanding dengan pengorbanannya kepada keluarga.
***
(Dikutip dari buku the Golden Story of Umar bin Kaththab terbitan Maghfirah Pustaka)
The ad is displayed on the page
current post: Umar Hanya Diam Ketika Istrinya Marah, ID: 1779
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual