Sebagian orang mengira, setelah lama menikah, suami tak perlu lagi melancarkan pujian dan rayuan kepada istrinya, “Toh dia sudah jadi milikku. Untuk apa lagi aku rayu dan aku puji?”
Dengan cara berfikir senada, para istri pun ada yang mengira bahwa dia tak perlu lagi berhias untuk sang suami, “Dia kan sudah melihat aku luar dan dalam. Untuk apa lagi aku berhias?”
Maka yang terjadi, banyak istri yang hanya pakai daster saat menemani suami di rumah. Dia baru berhias mempercantik diri ketika hendak menjumpai orang selain suaminya.
Para suami pun banyak berperilaku serupa. Hanya mengenakan kaus singlet dan sarung lusuh saat berada di rumah. Dia baru menggunakan parfum dan berdandan perlente saat pergi bekerja dan berjumpa dengan rekan bisnisnya.
Padahal para istri sangat suka jika suaminya tampil rapi dan keren serta harum pakaiannya selagi mereka di rumah. Para suami pun senang jika istrinya berpenampilan cantik dan rapi saat mereka bercengkerama di rumah.
Meski tidak harus tampil seperti itu setiap hari, namun harus ada saat tertentu, misalnya satu hari dalam sepekan, ketika para suami dan istri tampil keren dan wangi, kemudian berbincang-bincang santai berdua. Boleh sambil pergi makan bersama di restoran atau sekedar ngobrol berdua menikmati kudapan ringan di teras rumah.
Inilah saat yang tepat untuk mendengarkan aspirasi pasangan, terutama dari para istri, karena salah satu kebutuhan para istri adalah didengarkan kabar gembiranya ataupun keluh kesahnya. Sekedar didengarkan ceritanya tanpa dikomentari saja sudah melegakan hatinya. Apalagi jika ditanggapi secara positif dengan turut senang atas kabar gembira darinya, atau turut bersimpati jika ada kabar yang kurang membahagiakan, atau memberikan solusi atas masalah yang dihadapinya. Lebih bagus lagi jika memberikan pujian atas berbagai kebaikan yang telah dia lakukan.
Pujian adalah pengakuan atas posisi penting orang yang dipuji serta penghormatan atas kebaikannya. Pujian yang diberikan sang suami kepada istri akan menimbulkan ketentraman pada diri sang istri, karena dirinya berharga di mata suaminya.
Kalau istri pandai memasak makanan tertentu, maka pujilah, bahkan tak masalah jika pujian yang diberikan agak berlebihan. Misalnya dengan mengatakan, “Sayur sup buatan istriku paling enak sedunia. Aku belum pernah menemukan sayur sup seenak ini.”
Mungkin dia tahu bahwa Anda sedang membual, karena dia yakin pasti ada sayur sup yang lebih enak daripada buatannya. Tapi dia senang dengan bualan itu. Bahkan ketika bualan itu diulang kembali di kemudian hari, dia akan tetap senang mendengarnya.
Bualan yang murahan—karena memang tak keluar dana untuk membual—tapi sangat berarti untuk menjadikan pernikahan Anda selalu cerah ceria.* (Saiful Hamiwanto)
Sumber: Karim asy-Syadzili, 2010, Teruntuk Sepasang Kekasih, Maghfirah Pustaka, Jakarta
The ad is displayed on the page
current post: Sudah Lama Menikah, Apakah Masih Perlu Berhias dan Merayu?, ID: 35385
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual