Konon, tidak ada pasangan suami-istri yang terlepas dari pertengkaran. Sebesar apapun cinta sepasang suami-istri, pasti mereka pernah mengalami pertengkaran dalam rumah tangganya. Selain karena terdapat perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan, kebanyakan pasangan memiliki latar belakangan kehidupan yang berbeda. Masing-masing mendapatkan gaya pendidikan yang mungkin berbeda dari keluarga asalnya, sehingga masing-masing memiliki kebiasaan dan cara pandang yang berbeda pula dalam menghadapi suatu masalah.
Jadi, pertengkaran antara suami dan istri adalah suatu fenomena yang lumrah, asalkan pertengkaran itu tidak berkepanjangan dan terlalu sering terjadi. Nabi Muhammad pun pernah beberapa kali bertengkar dengan para istrinya. Bahkan ada pertengkaran beliau dengan para istrinya yang kemudian memicu turunnya ayat Al-Qur’an, yakni Surat At-Tahrim.
Jika suatu masalah terlanjur terjadi dalam rumah tangga, apa yang harus dilakukan? Menurut Karim asy-Syadzili dalam bukunya yang berjudul Teruntuk Sepasang Kekasih, maka masalah itu harus diselesaikan. Jangan dibiarkan mengambang tanpa penyelesaian.
Jika suatu masalah dibiarkan saja tanpa solusi, maka akan muncul masalah-masalah berikutnya yang juga tanpa solusi, sehingga terjadi penumpukan banyak masalah, dan akhirnya akan meledak dengan ledakan yang dahsyat.
Karim asy-Syadzili mengaku telah menyaksikan puluhan persidangan konflik suami-istri yang berakhir dengan putusan cerai. Namun yang mengherankan dia, kebanyakan perceraian itu disebabkan hal yang sepele. “Di antaranya, karena kondisi rumah yang tidak teratur rapi, jamuan makan yang tidak dihidangkan sesuai waktunya, dan karena istri meminta agar suami tidak terlalu sering menerima tamu,” tulis Karim.
Hal demikian terjadi karena para mereka tidak mengenal dan memaklumi diri, kondisi, dan kelemahan masing-masing dan pasangannya. Mereka terjebak pada khayalan dan idealisme, sehingga menuntut pasangannya menjadi seperti yang dia impikan. Akhirnya yang nampak hanyalah perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Karim menyarankan agar pasangan suami-istri lebih fokus pada titik-titik kesamaan di antaranya keduanya; terutama fokus pada hal-hal yang prinsip sesuai ajaran Islam, kemudian menoleransi perbedaan-perbedaan yang sepele, yang tidak prinsip dalam ajaran Islam.
Karim juga memberi tips agar seseorang memilih diam ketika pasangannya sedang marah, “Seorang suami harus diam ketika istri sedang marah. Begitu pula sang istri harus diam ketika suami sedang marah. Sehingga amarah dapat berhenti, emosi menjadi reda.”
Selanjutnya Karim mengutip pernyataan Ibnu al-Jauzi dalam kitab Sha’idul Khathir, tentang cara memenangkan pertengkaran dengan orang yang sedang marah. Ketika Anda melihat sahabat Anda sedang marah dan berkata tidak sopan, janganlah Anda masukkan ke dalam hati, jangan Anda hiraukan, dan Anda jangan tersinggung. Karena dia sedang sedang dalam kondisi tidak sadar dan tidak mengerti apa yang terjadi. Setan telah menguasainya. Jika Anda membalas perbuatannya , Anda ibarat orang berakal yang menghadapi orang gila atau orang sadar yang menghadapi orang yang sedang mengigau.
Hendaknya Anda menyikapinya dengan kasih sayang. Bersabarlah sebentar dan jangan Anda pikirkan apa yang diucapkannya. Anggap enteng saja sikap marah orang yang sedang tidak sadar itu. Nanti setelah sadar, dia akan menyesali apa yang telah terjadi. Dia akan merasakan manfaat kesabaranmu.”* (Saiful Hamiwanto)
Sumber: Karim asy-Syadzili, 2010, Teruntuk Sepasang Kekasih, Maghfirah Pustaka, Jakarta
The ad is displayed on the page
current post: Beginilah Trik Menghadapi Kemarahan Suami/Istri, ID: 35372
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual