Sebuah buku dengan sampul berwarna dominan cokelat itu tiba di rumah. Beberapa hari sejak kedatangannya di tanggal 5 November 2016, buku tersebut belum juga mulai saya baca. Mungkin kesan pertama kita akan sama: pembahasan dalam buku ini terlalu berat. Dari judulnya saja sudah demikian. Tapi seperti biasa, don’t judge the book by its cover. Maka mulailah saya membaca bagian belakangnya sekadar ingin tahu apa yang menjadi pembahasan dalam buku karya Na’im Yusuf itu, yang rupanya berlanjut pada ketertarikan saya membaca lebih lanjut bab demi bab di dalamnya.
Sebuah Persembahan yang Tepat Sasaran
Tepat di bagian awal, terdapat sebuah halaman yang memuat kalimat persembahan. Kalimat-kalimat yang tercantum pada halaman persembahan tersebut kurang lebih berbunyi seperti ini:
Kepada mereka yang tenggelam di dalam kesombongan dan keangkuhan, semoga mereka bangun dan bergerak … Kepada mereka yang mengumandangkan kebebasan di segala penjuru bumi dan langit … Kepada mereka yang enggan hidup, kecuali hidup bebas dengan menengadahkan kepala mereka ke langit kemuliaan … Kepada mereka yang memegang teguh akidah meskipun mereka mendapatkan kepahitan hidup … Kepada mereka yang hatinya bergetar karena iman dan menjadikan para ksatria yang tidak mau hidup terhina … Kepada mereka semua, aku persembahkan buku ini …
Ya, kalimat-kalimat di dalam halaman persembahan itu rasanya benar-benar tepat sasaran. Tepat sekali ‘menyinggung’ hati yang entah ke mana selama ini. Ah, apakah saya sudah berpegang teguh pada akidah meski mendapatkan kepahitan hidup? Dihadapkan pada masalah sepele saja rasanya sudah lelah pada semua ujian hidup, bukannya lebih mendekatkan diri pada Allah. Itu baru satu contoh kecil, belum yang lainnya. Di halaman persembahan saja, saya sudah ‘ditampar’ oleh buku ini.
Kerinduan akan Sosok Muslim Pemberani
Seperti yang disebutkan oleh ulama Al-Azhar Asy-Syarif, Kairo, Mesir bernama Fu’ad Al-Hajrasi, seseorang yang memberikan kata pengantar pada buku ini, bahwa buku berjudul Seberapa Berani Anda Membela Islam? telah memberikan dampak positif pada dirinya. Usai membacanya, ia menjadi sosok yang pemberani. Disebutkannya bahwa mungkin benar kita telah lama mencari sosok seorang laki-laki yang akan membuat kita berkata, “Dia itu lelaki yang mempunyai prinsip, baik dalam keilmuan, manajemen kerja, juga dalam setiap jalan yang sesuai dengan pengalaman seorang pemberani.”
Ya, menurut beliau buku setebal 274 halaman ini memiliki judul yang menarik karena kandungan makna dan urgensinya. Pada akhirnya di tengah beragam tugas dan kesibukan kita, saat kita mencari sosok muslim pemberani maka tidak heran jika kita akan mengatakan bahwa ternyata para pemberani tidaklah banyak. Ada kerinduan akan hadirnya sosok muslim pemberani itu sendiri.
13 Karakter Pemberani
Lalu, seperti apa sosok muslim pemberani tersebut? Dalam buku ini disebutkan bahwa ada 13 karakter seorang muslim pemberani. Adapun 13 karakter pemberani yang dimaksud yaitu:
- Mencintai Masjid
- Menyeru ke Jalan Allah
- Bersungguh-sungguh dan Tanggap
- Bersikap Aktif dan Bertanggung Jawab
- Bercita-cita yang Tinggi
- Mulia dan Terhormat
- Berani di atas Kebenaran
- Berani
- Berjihad dan Berkorban
- Teguh di atas Kebenaran
- Sabar dan Membiasakan Diri
- Memenuhi Janji dan Jujur Pada Allah
- Tidak Mudah Putus Asa dan Pesimis
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Yusuf Qardhawi bahwa “Sikap pemberani adalah kekuatan jiwa. Pemiliknya dapat mengemban perkara-perkara yang mulia dan menjauh dari hal-hal hina. Kekuatan yang menjadikannya besar meskipun dia kecil, kaya dalam kemiskinannya, dan kuat dalam kelemahannya. Kekuatan yang menjadikannya memberi sebelum menerima, melaksanakan kewajiban sebelum meminta hak: kewajiban terhadap Tuhannya, diri, dan agamanya. Tidak akan berkembang sikap pemberani yang masih kosong dan mendidik para ksatria yang saleh, kecuali dalam naungan akidah yang kuat dan kemuliaan yang kukuh.”
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa ketigabelas karakter tersebut mutlak dimiliki oleh para muslim pemberani. Sedihnya, justru pada karakter pertama kita masih lemah. Apa kabar masjid? Sudahkah shaf-shafnya terisi semua? Ah, buku ini sedianya memang membuat kita akan banyak “tersentil”. Semoga “sentilan” tersebut membuat para pembacanya menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi sosok-sosok muslim pemberani yang dirindukan.
***
Peresensi: Andy Hardiyanti
Sumber: Blog
The ad is displayed on the page
current post: Kerinduan akan Sosok Muslim Pemberani, ID: 2263
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual