Kerelaan Abu Ubaidah Terhadap Takdir Allah


Abu Ubaidah bin Jarrah Amir bin Abdillah bin Jarrah al-Quraisy masuk Islam di Mekah. Ia termasuk salah seorang yang pertama masuk Islam, hingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggelarinya sebagai “orang yang dapat dipercaya umat ini”. Bahkan beliau memberikan kabar gembira bahwasannya Abu Ubaidah merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang kelak masuk surga-Nya.

Setiap umat mempunyai seorang yang dipercaya, dan orang yang dapat dipercaya umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. (HR. al-Bukhari)

Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab pun pernah menguji kebaikan hatinya. Dengan cara mengirimkan 4000 dirham atau setara 400 dinar kepada Abu Ubaidah. Lalu, Umar berkata kepada utusan yang membawa uang, “Lihat apa yang diperbuat Abu Ubaidah terhadap uang itu.”

Utusan tersebut menjawab, “Abu Ubaidah membagi-bagikan uang tersebut.”

Umar pun berseru, “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan orang yang melakukan ini dalam Islam.”

***

Pada suatu ketika, Abu Ubaidah sedang menjabat sebagai jenderal di daerah Syam. Lalu, datanglah sebuah surat dari Umar. Dalam surat itu Umar menulis:

Sesungguhnya saya mempunyai keperluan dan saya membutuhkanmu, maka segeralah datang kepadaku.”

Umar menghendaki Abu Ubaidah keluar dari daerah yang sedang dikuasainya. Sebab, pada saat itu daerah tersebut memang sedang terserang penyakit kusta.

Abu Ubaidah memahaminya seraya berkata, “Aku mengerti maksud Amirul Mukminin. Beliau menghendaki supaya orang yang tidak kekal tetap hidup.”

Lalu, Abu Ubaidah mengirimkan surat balasan kepada Umar:

Aku mengetahui keinginan Amirul Mukminin, maka bebaskanlah aku dari tekad engkau. Aku adalah komandan pasukan Muslimin dan aku tidak ingin menyelamatkan diri sendiri, juga tidak ingin berpisah dengan mereka, hingga Allah yang memutuskan perkara antara saya dengannya.”

Umar menangis tersedu-sedu ketika membaca surat itu.

“Apakah Abu Ubaidah telah wafat?” tanya seorang sahabat.

“Belum, tapi sudah mendekati ajal,” jawab Umar seakan-akan mengetahui hal yang akan terjadi.”

 

***

Penyadur: Nila Fauziyah

(Disadur dari buku “Agar Selalu Menerima Takdir Allah” terbitan Maghfirah Pustaka)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top