Hidup Ini Memang Pilihan

Kamu betul, hidup ini memang pilihan (meski tidak semuanya bisa kita pilih). Kita boleh mengikuti akal kita dan petunjuk-Nya untuk memilih jalan lurus atau mengikuti hawa nafsu dan tipuan setan, lalu memilih jalan menyimpang.

Selagi kita di dunia, Tuhan memberi kebebasan seluas-luasnya bagi kita untuk memilih. Kau boleh memanfaatkan hartamu untuk sekedar bersenang-senang bersama keluargamu atau menyisihkan sebagian untuk menolong orang-orang yang membutuhkan bantuanmu.

Kau boleh memanfaatkan media sosial ini untuk selalu eksis di dunia maya atau sekedar menyapa kolegamu di belantara cyber. Boleh juga kau manfaatkan untuk menyampaikan pesan Tuhanmu dan nabimu. Silakan pilih mana yang kau suka.

Tapi jangan lupa, setiap pilihan ada konsekuensinya.

Kalau kau pilih garam, lidahmu akan merasakan asin. Kalau kau pili

h gula, lidahmu akan merasakan manis.

Kau boleh memilih bekerja di industri ribawi kemudian menikmati kehidupan makmur dari hasil riba itu. Tapi kelak kau akan lebih menyesal daripada mereka yang pernah berzina dengan ibu kandungnya.

Kalau kau pilih jalan yang lurus, Tuhanmu ridha.
Kalau kau pilih jalan menyimpang, Tuhanmu marah.

Sifat gusar-Nya Dia wariskan kepada ayah dan ibumu tatkala beliau marah dan kecewa melihatmu pergi ke jalan menyimpang. Tapi Tuhan lebih sabar daripada ibumu. Kalau ibumu ingin sesegera mungkin menjewer telingamu, Dia cukup sabar menunggu hingga pentas dunia ini berakhir. Menunggu hingga Dia menggulung langit dg tangan kanan-Nya, kemudian bersemayam di atas singgasana-Nya, menjadi hakim tunggal bagi seluruh makhluk-Nya.

Kelak setiap kita akan ditanya tentang setiap pilihan yang kita ambil saat hidup di dunia, kemudian menanggung akibat dari setiap pilihan itu.

Maka ketika tiba giliranmu untuk diadili, kakimu tak dapat lagi melangkah, kecuali setelah kau jawab pertanyaan-Nya, “Untuk amal apa saja kau habiskan umurmu?”

Setiap kali mulutmu mereview perbuatanmu di dunia, tangan, dan kakimu akan memberi kesaksiannya. Rapor yang ditulis dua malaikat pencatat amalmu di dunia juga menjadi alat bukti di pengadilan itu, lengkap dengan rekaman cctv atas setiap gerak-gerikmu sejak kau aqil baligh hingga kau hembuskan nafas terakhirmu.

Itulah saat kau mensyukuri atas pilihanmu mengikuti jalan yang lurus atau saatnya kau mengutuk dirimu sendiri atas pilihanmu mengikuti jalan menyimpang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top