“Jangan Tengok Ke Kiri!,” demikian peringatan yang tertulis di sebuah standing banner yg dipasang di depan sebuah toko di pinggir jalan raya.
Orang-orang yang melintas dan baru membaca tulisan tersebut alih-alih mematuhi larangannya, justru jadi penasaran untuk menengok ke arah toko itu, sambil membatin, “Ada apa di toko itu, sehingga orang dilarang menengok ke sana?”
Tindakan orang yang melanggar larangan itu memang dikehendaki oleh si pemilik toko, karena sebenarnya si pemilik toko itu tidak bersungguh-sungguh melarang. Yang dia kehendaki sesungguhnya adalah kebalikannya, yakni, “Tengoklah tokoku, kemudian singgahlah dan belanjalah.”
Mengapa si pemilik toko menggunakan siasat demikian? Karena si pemilik toko itu ingin memanfaatkan perilaku manusia yang cenderung penasaran untuk mengetahui alasan mengapa dia dilarang melakukan suatu perbuatan.
The Forbidden Fruit Effect
Dalam ilmu psikologi, perilaku demikian diterangkan dalam teori “The Forbidden Fruit Effect” (Efek Buah Terlarang). Teori itu menyatakan, “Anything that’s forbidden becomes more desirable” (apa pun yang dilarang menjadi lebih diinginkan). Istilah itu mengacu pada kisah Adam dan Hawa yang dilarang untuk mendekati sebuah pohon di surga, namun mereka berdua melanggar larangan itu. Bahkan keduanya memakan buah dari pohon terlarang itu.
Barangkali jika Allah tidak melarang Adam mendekati pohon itu, mungkin Adam tak akan makan buahnya, dan tak akan mendekati pohon itu. Bahkan mungkin Adam tak peduli terhadap keberadaannya, karena di surga banyak pohon lain yang lebih menarik.
Namun karena yang dilarang didekati adalah pohon itu, maka Adam hanya penasaran terhadap pohon itu. Hatinya terus bertanya-tanya, mengapa Allah melarang dirinya mendekati pohon itu. Apa istimewanya pohon itu sehingga sekedar mendekati saja sudah tak boleh, apa lagi memakan buahnya?
Sebenarnya Allah telah menjelaskan mengapa Dia melarang Adam mendekati pohon itu. Di dalam Surat Al-Baqarah ayat 35 Allah kemukakan alasannya yakni, “Nanti kamu (jika mendekati pohon itu) menjadi termasuk orang-orang yang zalim.”
Namun Adam tidak puas dengan alasan itu, karena alasan itu baru menjelaskan akibat jika melanggar larangan. Adam belum mendapat penjelasan tentang apa sebab dia dilarang mendekati pohon itu.
Hari demi hari pertanyaan itu terus muncul dalam pikirannya. Bahkan semakin hari semakin penasaran. Rasa penasarannya mendorong pikirannya menebak-nebak tentang apa rahasia di balik larangan Allah itu. Makin hari rasa penasarannya kian besar, sampai akhirnya Adam ingin melanggar larangan itu. Tapi dia takut kepada Allah.
Entah bagaimana caranya Iblis kemudian tahu bahwa Allah telah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati sebuah pohon di surga, padahal waktu itu dia telah terusir dari surga. Mungkin dia telah mencuri berita dari malaikat? Setelah mengetahui informasi itu, Iblis merancang strategi dan siasat untuk membujuk Adam dan Hawa agar memakan buah terlarang itu.
Entah bagaimana pula caranya Iblis dapat berkomunikasi dengan Adam, yang jelas atas izin Allah tentunya, akhirnya Iblis berkesempatan berinteraksi dengan Adam, dan berhasil memperdaya Adam dan Hawa hingga keduanya memakan buah dari pohon terlarang.
Iblis memperdaya Adam dengan menyampaikan hoax bahwa pohon itu adalah pohon khuldi (keabadian). Kalau Adam memakan buah pohon itu maka dia akan kekal abadi hidup di surga, tidak tinggal di dunia. Tetapi faktanya yang terjadi sebaliknya. Justru dengan memakan buah itu Adam diturunkan ke bumi.
Ibrah
Allah ceritakan kisah ini kepada anak keturunan Adam, agar mereka dapat mengambil ibrah (pelajaran) bahwa Allah Maha Baik, sehingga semua perintah Allah pasti mendatangkan kebaikan bagi siapa saja yang melaksanakannya, meskipun terkadang ada perintah-Nya yang tidak diketahui mengapa seperti itu. Allah perintahkan kita melaksanakan shalat Shubuh 2 rakaat, sedangkan shalat Zhuhur 4 rakaat, tanpa ada penjelasan kenapa begitu.
Orang beriman tidak merasa perlu tahu kenapa shalat Shubuh hanya 2 rakaat, padahal saat itu orang baru bangun tidur, badan masih segar? Kenapa shalat Zhuhur 4 rakaat, padahal saat itu sebagian orang, terutama para pekerja fisik, sudah kelelahan bekerja?
Orang beriman merasa cukup dengan keyakinan bahwa apa yang Allah perintahkan itulah yang terbaik. Jika Allah perintahkan shalat Shubuh hanya 2 rakaat, maka itulah yang terbaik untuk manusia kerjakan.
Begitu pula semua larangan-Nya, pasti mendatangkan kebaikan bagi siapa saja yang menjauhinya. Kita dilarang memakan daging babi tanpa ada penjelasan sebab dari larangan-Nya. Manusia hanya dapat menduga, mungkin karena di dalam daging babi banyak penyakit berbahaya.
Bagi orang beriman, kalau ada penjelasan ilmiah tentang penyakit berbahaya di dalam daging babi, hal itu hanya akan memperkuat imannya. Tapi kalaupun tak ada penjelasan ilmiah itu, tidak akan mengurangi keimanannya. Orang beriman merasa cukup dengan keyakinan bahwa apa yang Allah larang pasti akan mendatangkan kemudhratan bagi orang yang melanggar dan mendatangkan kebaikan bagi orang yang menjauhinya.
Teladan Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim adalah contoh manusia yang sangat mantap keimanannya. Terhadap perintah dan larangan Allah, beliau senantiasa bersikap sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat). Beliau tidak pernah mempertanyakan—apalagi menggugat—perintah dan larangan Allah, “Kenapa begini?”, atau, “Kenapa begitu?”
Ketika Allah perintahkan beliau membawa istri dan anaknya ke Makkah dan meninggalkannya di tengah gurun, Nabi Ibrahim tidak menolak atau mempertanyakan perintah itu.. Dia tidak bertanya, “Mengapa Engkau tega menyuruh istri dan anakku di tengah gurun. Bukankah mereka dapat menjadi santapan serigala atau mati kehausan?”
Nabi Ibrahim jalani saja perintah itu. Karena dia yakin bahwa Allah yang memerintahkan itu akan menjamin keamanan istri dan anaknya. Terbukti Allah memang melindung istri dan anak Ibrahim. Gurun pasir yang ditempati istri dan anak Nabi Ibrahim itu kemudian menjadi tempat permukiman manusia, dan kelak menjadi kota bernama Makkah.
Sikap yang sama beliau tunjukkan saat mendapat perintah menyembelih putranya, Nabi Isma’il. Meski dia sangat menyayangi putranya, dia jalani saja perintah itu. Meski Iblis sempat menghasutnya untuk tidak menjalani perintah itu, tapi Nabi Ibrahim tetap bergeming, melaksanakan perintah Allah. Alhasil Allah selamatkan Ismail dengan mengalihkan penyembelihannya kepada domba.* (Saiful Hamiwanto)
Artikel ini terinspirasi dari naskah: “Yang Dilarang Biasanya Menarik” dalam kitab Shaidul Khatir, karya Imam Ibnu Al-Jauzi, halaman 26
Produk terkait:
The ad is displayed on the page
current post: Awas Efek Buah Terlarang!, ID: 35541
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual