Setelah sebelumnya membahas apa itu Outline? Sekarang, yuk kita bahas “Empat Alasan Pentingnya Menulis Menggunakan Outline”:
1. Menjaga tulisan agar tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan.
Saat hendak menulis naskah, kita pasti sudah menentukan genre dan tema apa yang mau kita ambil? Jangan yang awalnya bikin non-fiksi tiba-tiba di tengah-tengah bab menyimpang jadi cerita fiksi. Jangan yang awalnya cerita religi, lalu mendadak malah bercerita cinta-cintaan ala remaja. Itu namanya salfok (salah fokus).
Misalnya, kita ingin membuat buku non-fiksi kisah hidup Rasulullah. Lalu, di awal bab kita menulis tentang bangsa Arab, seperti apa awal mula bangsa Arab, lalu kerajaan bangsa Arab di zaman jahiliyah. Perlakuan-perlakuan mereka terhadap manusia lain, terutama kaum perempuan. Selanjutnya, menceritakan kisah kehidupan bangsa Arab yang sangat modern, hidup bermewah-mewah dan sangat kaya raya. Nah, karena kita nge-fans sama salah satu pangeran Arab di sana, kita jadi memasukan tokoh khayalan yang tiba-tiba saja dilamar oleh pangeran Arab. Kemudian mereka menikah dan keliling dunia.
Nah, lho … ini mau cerita tentang Rasulullah atau kehidupan pangeran Arab?
Bandingkan jika kita memiliki outline:
Judul Buku : the Great Story of Muhammad
Genre : Non-Fiksi
Penyusun : Ahmad Hatta, dkk
Bab 1 DUNIA SEBELUM NABI SAW DIUTUS
- Dunia Arab
- Asal Mula Bangsa Arab
- Kerajaan Bangsa Arab di Masa Jahiliyah
- Dsb
Bab 2 JELANG MASA KENABIAN
- Keluarga Rasulullah SAW
- Pasukan Gajah
- Kelahiran Muhammad
- Dsb
Outline menjaga tulisan kita agar tidak salfok dan pembahasan tidak melebar ke mana-mana.
2. Tidak terbebani dengan mengingat-ingat jalan cerita yang belum tercantum di naskah.
Semua penulis pasti pernah mengalami writer’s block alias kebuntuan dalam menulis. Tentang bagaimana cara menghadapi writer’s block ini akan dibahas secara terpisah, tapi poin pentingnya adalah: ketika seorang penulis berhenti menulis untuk sesaat, entah itu karena writer’s block atau kesibukan, penulis kemungkinan bisa lupa dengan detail cerita yang akan dituliskan.
Nah, salah satu manfaat dari outline ini, yaitu untuk membantu kita mengingat kembali detail-detail penting dari isi naskah.
“Eh, kemarin di bab 2 habis pasukan gajah menyerang, aku mau nulis apa lagi ya?”
Bayangkan jika kita tidak punya “catatan” lengkap mengenai naskah yang mau kita tulis. Tidak punya kerangkanya, tidak punya pegangan outline. Salah-salah, pembahasan yang kita tulis malah salfok.
3. Bisa melompat-lompat bab tanpa harus kehilangan arah.
Melompat-lompat bab, memangnya bisa? Lho, nanti malah dari satu bab ke bab yang lain nggak nyambung?
Justru inilah kelebihan outline. Di dalam outline, detail cerita dituliskan bab perbab. Jika setiap satu bab sudah detail dan jelas, kita bisa bebas memilih mau memulai nulis dari bab berapa.
Misalnya, kita mempunyai outline seperti di bawah:
Bab 2 JELANG MASA KENABIAN
- Keluarga Rasulullah SAW
- Pasukan Gajah
- Kelahiran Muhammad
- dsb
Bab 3 MASA KENABIAN
- Diangkat Menjadi Nabi
- Dakwah Secara Sembunyi
- Dakwah Terbuka
- Dsb
Bab 4 PERIODE MADINAH
- Membangun Masjid Nabawi
- Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
- Madinah di Awal Hijrah
- Dsb
Nah, dari ketiga bab itu ternyata baru bab 4 yang datanya paling lengkap. Jadi, setelah menyelesaikan bab 1, kita bisa langsung menulis bab 4. Tentu saja pembahasannya mengikuti isi outline, yaitu tentang proses diangkatnya Rasulullah menjadi Nabi, proses awal Rasulullah berdakwah dari yang sembunyi-sembunyi sampai terbuka. Semua sesuai dengan outline agar ketika kita bab 4 selesai dan kita mau balik menulis ke bab 2, semua rangkaian cerita nyambung dan saling menyatu.
4. Membantu editor menilai naskahmu.
Belakangan ini editor jadi semakin ketat menyeleksi naskah. Salah satunya mereka meminta penulis menyertakan outline dan proposal naskah. Nah, dari proposal naskah dan outline itulah, editor akan melihat isi naskah kita mau seperti apa, sumber-sumber mana yang akan kita pakai, dan pastinya selogis apa jalan cerita dari naskah yang kita tawarkan.
Sekarang pertanyaan terakhir, apakah dengan menggunakan outline kita jadi terkekang?
Tidak! Ide bisa datang kapan saja. Jika di awal pembuatan outline, ada hal-hal yang belum kita cantumkan, lalu seiring kepenulisan tiba-tiba ada ide yang bisa ditambahkan, kita boleh kok menambahkannya. Asal … lagi-lagi, jangan sampai salfok ya. Idenya harus nyambung dan sesuai dengan outline yang sudah kita buat di awal-awal.
Semoga bisa dipahami ya!
***
(Penulis: Nila Fauziyah)