Menulis Naskah, Mending Spontan atau Pakai Outline?

“Ah, aku nggak berbakat menulis!”

“Duh, buntu nih. Nggak tahu habis ini mau nulis apa lagi.”

“Eh, kok pembahasannya jadi lebih banyak tentang B ya, perasaan tadi lagi menulis tentang A.”

Teman-teman pernah mengalami hal semacam di atas? Kalau pernah kemungkinan besar teman-teman menulis tanpa menggunakan outline. Padahal outline itu penting lho untuk kelangsungan menulis. Ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dari “menulis dengan outline” daripada “menulis tanpa outline”.

Tapi sebelumnya, apa itu outline?

Secara bahasa, outline berarti kerangka ataupun garis besar. Jadi, bisa dikatakan bahwa outline adalah sebuah rancangan atau kerangka penulisan yang berisi garis besar dari isi naskah. Outline digarap dengan tersusun rapi. Satu persatu ide dirinci secara sistematis dan jelas sehingga kita punya bayangan tegas, mau seperti apa naskah kita ke depannya?

Outline dibuat sebelum kita menulis naskah, lho bukan ketika sedang menulis apalagi setelah menulis. Ya, semacam proposal penulisan.

Lalu, bagaimana dengan sinopsis? Apakah sama?

Outline jauh lebih rinci dan detail daripada sinopsis.

Jika sinopsis hanya terdiri dari rangkuman isi naskah keseluruhan, maka outline mencakup sinopsis, rangkuman bab perbab, nama-nama dan sifat tokoh (jika naskah fiksi), dan detail lain yang diperlukan.

Contohnya:

Judul Buku           : the Great Story of Muhammad

Genre                     : Non-Fiksi

Penyusun             : Ahmad Hatta, dkk

Target halaman : 600

Jenis kertas         : Lux

Sinopsis                 :

Keunggulan cerita:

Bab 1 DUNIA SEBELUM NABI SAW DIUTUS 

  • Dunia Arab

(Menggambarkan bangsa Arab secara keseluruhan, pembagiaan wilayahnya, dll)

  • Asal Mula Bangsa Arab

(Apa itu Arab Ba’idah, Arab Aribah, dll)

  • Kerajaan Bangsa Arab di Masa Jahiliyah

(kondisi bangsa Arab zaman Jahiliyah)

  • Dsb

Nah, pertanyaannya, seberapa penting penggunaan outline dalam proses menulis?

Memang tidak semua penulis menggunakan outline dalam proses menulis mereka. Ada saja penulis yang lebih senang menulis secara spontanitas, yang jika ada ide langsung diaplikasikan menjadi cerita. Tidak ada yang salah dengan cara menulis seperti ini, sah-sah saja. Tapi perlu diketahui, ada pula kelemahannya yang perlu kita perhatikan:

  • Menulis tanpa outline diperbolehkan jika kita sudah punya konsep yang matang, minimal plot dan alurnya kita sudah yakin. Pokoknya nanti alurnya begini, begitu, endingnya harus begini. Entah konfliknya sudah terbayang atau belum, yang terpenting secara sinopsis kita sudah punya.
  • Bahayanya menulis tanpa sinopsis adalah mood dan ide. Banyaknya penulis pemula masih menulis tergantung dengan mood. Ketika ada mood dan ide, dia akan menulis, jika tidak ada ya sudah ditinggal naskahnya. Nah, yang menjadi masalah … ketika dia meninggalkan naskahnya dalam waktu cukup lama, lalu dia tidak punya outline, apakah dia akan ingat secara rinci bagaimana cerita yang dia tulis? Pasti harus membaca ulang naskah itu dari awal, minimal dari bab terakhir yang ditulis. Memakan waktu bukan? Mending kalau langsung ingat mau melanjutkan tulisannya seperti apa, kalau tidak?

Jadi, pada dasarnya, mau memakai outline atau tidak pada naskah kita, itu kembali ke diri kita masing-masing. Cara mana yang lebih membantu? Pakai atau tidak pakai outline? Karena yang paling terpenting adalah, JANGAN PERNAH BERHENTI MENULIS 🙂

Ad debug output

The ad is displayed on the page

current post: Menulis Naskah, Mending Spontan atau Pakai Outline?, ID: 1466

Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)

Display Conditions
post type
Adwp_the_query
postpost




Find solutions in the manual

FAN PAGES

ALAMAT

MAGHFIRAH PUSTAKA

Rukan Mitra Matraman A1-26 Jalan Matraman Raya No. 148,
Desa/Kelurahan Kebon Manggis, Kec. Matraman, Kota Adm, Jakarta Timur 13150, DKI Jakarta

: 08111611010
: 021-86608593
: marketing@maghfirahpustaka.com

PETA LOKASI

Copyright 2024 Maghfirah Pustaka

Need Help?