“Kak, aku penulis pemula. Kira-kira aku harus memulai dari mana?”
“Aku mau nerbitin buku, ada yang punya link ke penerbit?”
Kira-kira begitulah pertanyaan yang sering dilontarkan penulis pemula. Yaitu, remaja-remaja yang baru pertama kali terjun ke dunia literasi dan masih “buta” akan bidang tersebut. Mereka hanya tahu bahwa setelah menulis buku, lalu diterbitkan hingga masuk ke toko buku, nantinya akan mendapat royalti. Tapi, dari mana mereka harus memulainya? Mereka tidak tahu.
Sebenarnya hal semacam ini wajar, hampir semua penulis yang bahkan namanya sudah melambung nasional hingga internasional sekali pun, pernah menjadi ‘penulis pemula’ di awal-awal. Namun, yang membedakan, ada beberapa dari penulis pemula yang bergerak maju hingga berhasil menjadi ‘penulis senior’, namun ada pula yang stagnan tidak bergerak, karena terlalu nyaman dan merasa minder dan akhirnya malah berkutat di situ-situ saja.
Jadi, bagaimana solusinya agar penulis pemula tidak lagi kebingungan? Berikut ada delapan cara:
1. Jangan Malas Membaca dan Menambah Kosa Kata Baru
Cara ini mungkin sudah nggak asing di telinga kalian, ya iyalah seorang penulis masa malas baca? Tapi yang perlu ditekankan, jangan hanya membaca buku yang itu-itu saja. Perbanyak bacaan dengan genre yang berbeda, kalau pun kalian lebih suka satu genre, minimal baca buku-buku dari para penulis yang berbeda. Beda penulis biasanya beda pemakaian kosa kata. Ada penulis A yang cenderung remaja banget, bahasanya ringan “lo-gue”, gaul, dan update perkembangan zaman. Ada juga penulis yang cenderung nyastra dengan pemakaian tokoh “aku-kamu” dan gaya bahasa yang halus.
Kalian tidak harus menyukai semua genre, namun membaca beberapa genre atau beberapa buku dari penulis yang berbeda bisa memperkaya kosa kata, lho. Nah, pertanyaanya kenapa kalian harus memperkaya kosa kata? Jawabannya, agar tulisan kalian tidak monoton.
2. Catat Nama dan Alamat Email Penerbit
Setelah menyelesaikan satu buku, jangan lupa lihat di bagian halaman depan, buku itu diterbitkan di mana? Pasti tidak semua buku yang kalian baca diterbitkan di tempat yang sama kan? Ada kalanya kalian membaca buku Islami yang diterbitkan di Penerbit Maghfirah Pustaka, lalu bulan lalu kebetulan baca buku motivasi terbitan Penerbit X, dicatat! Dengan begitu daftar penerbit buku yang kalian miliki bertambah. Kalian nggak pernah tahu kan kapan membutuhkan daftar tersebut?
3. Follow Akun-Akun Media Sosial Ini
Kalau kalian terbiasa buka akun media sosial (medsos) cuma untuk kepoin seseorang yang nggak penting, mulai sekarang beralih ke akun-akun ini:
- Penerbit buku
- Editor buku
- CEO penerbit
- Penulis best seller/ senior
- Agen penyalur naskah
Follow akun-akun medsos mereka, sebisa mungkin dekati mereka secara natural. Maksudnya bagaimana? Terutama editor, CEO, dan penulis, dekati dengan tidak terlalu agresif. Jangan terlalu kentara ingin berteman dengan mereka karena posisi mereka, bagaimana pun mereka juga manusia. Jalin silaturahmi dan sapa mereka dengan pertanyaan sehari-hari.
Sebagai orang yang berada di bidang literasi, mereka (editor, CEO, dan penulis) pasti akan membuat tulisan status yang berkaitan. Maka komentari statusnya, beri like, maupun share jika ada postingan yang memang dirasa bermanfaat. Buat mereka mengenal kamu, minimal hafal dengan nama akunmu, yang nantinya mereka akan respek dengan pertanyaan-pertanyaanmu.
Poin tambahan, jika mereka memiliki info seputar “lowongan naskah”, maka kalian akan segera mengetahuinya dari akun-akun tersebut.
4. Masuk ke Dalam Grup-Grup Kepenulisan
Setelah mengikuti akun-akun di atas, coba lihat pertemanan mereka. Ikuti pula grup-grup kepenulisan yang mereka ikuti. Biasanya editor suka nimbrung ke dalam grup penulis. Begitu pula para penulis senior, mereka mengikuti grup-grup kepenulisan untuk menunjang karir mereka di bidang literasi.
Grup kepenulisan bisa menjadi ajang “pamer” buku si penulis, saling berbagi informasi seputar literasi, sharing dan mengomentari status diskusi. Kadang-kadang ada juga yang mengajak kolaborasi menulis dengan cara membuat antologi buku. Jadi, meskipun terkadang grup mendadak sepi tidak ada yang aktif, jangan ditinggalkan. Tetapi ikuti grup lain, masuki dan pantau info-info di sana. Siapa tahu kalian beruntung mendapat tawaran menulis dari salah satu grup yang kalian ikuti.
5. Jangan Malu Bertanya
Jika kalian sudah tergabung ke dalam grup-grup kepenulisan, jangan biarkan diri kalian pasif. Sebisa mungkin ikuti diskusi-diskusi di dalamnya, meskipun kalian sendiri tidak paham atau mengerti, kalian bisa meminta penjelasan kepada mereka. Tidak perlu malu hanya karena kalian melabeli diri kalian sebagai newbie atau pemula. Mereka pun pernah menjadi pemula. Karena pada dasarnya tidak ada penulis pemula atau senior, yang ada adalah penulis baru dan penulis yang telah lebih dulu terjun ke dalam dunia literasi.
Yang perlu diingat, semakin kalian masuk ke dalam grup yang serius/ di dalamnya banyak penulis dengan nama-nama best seller, maka attitude kalian perlu dijaga. Jangan sok akrab ketika bertanya, misalnya tanpa ragu kalian bertanya, “Woy, yang ada di grup ini, mau nanya dong, misalnya bla bla bla …” bukannya mendapat jawaban, kalian malah kena omelan.
Mulailah dengan kata-kata yang sopan, “Halo kakak-kakak, saya mau tanya, kalau misalnya mengirim ke Penerbit bla bla bla …. terima kasih.” bisa dipastikan mereka akan balik ramah kepada kalian.
6. Jangan Malas Menerapkan Ilmu
Kalian sering ikut pelatihan kepenulisan baik melalui grup online maupun offline, tanya sana-sini dengan para penulis senior, tapi ilmu yang didapat dipendam saja. Berbagai alasan kalian buat-buat untuk mendukung kemalasan kalian, “Aku nggak ada laptop, nggak bisa ngetik, nggak bisa ngirim ke penerbit.” atau “Aku sekolah, jadwal padat, nggak ada waktu.” lebih parah lagi “Ah, aku lebih suka menulis seperti ini, biarin saja nanti editornya yang benerin.” Ini penulisnya kalian atau editornya?
Bagaimana mau “naik kelas” kalau punya ilmu nggak diterapkan? Kosa kata itu-itu saja, monoton, typo betebaran di mana dan kalian nggak mau coba untuk mengedit sendiri. Hm, yakin deh lama-lama kalian bakal ketinggalan jauh sama penulis lain yang mati-matian untuk “naik kelas”.
7. Minta Teman Untuk Mereview Hasil Tulisan Kalian
Coba cari dua teman yang berbeda kriteria, 1) orang yang hanya sekadar suka membaca, dan 2) orang nggak hanya suka baca tapi juga terjun/ paham dengan dunia literasi. Minta kedua teman itu untuk membaca hasil tulisan kalian dan mereviewnya. Minta tanggapan mereka, baik dari segi cerita, plot, tokoh, sampai logika berpikir dari isi cerita tersebut. Menarik atau tidak?
Biasanya teman nomor satu hanya akan memberi jawaban standar, “Oh, bagus kok,” atau “Kurang menarik deh.” sedangkan teman nomor dua akan lebih banyak tanggapannya, bisa masukan bisa pula kritikan. Nah, pada tahap ini kalian harus siapin mental, harus percaya diri dan jangan gampang baper. Percaya kalau kritikan ditujukan untuk memperbaiki kesalahan bukan untuk menjatuhkan!
Satu hal lagi yang perlu kalian ingat, jangan sekali-kali meminta penulis senior untuk melakukan ini, kecuali kalian dekat banget sama dia. Kenapa? Karena mereka juga punya pekerjaan yang lebih penting, atau malah mereka pun sedang sibuk dengan naskah baru mereka. Kemungkinan besar mereka akan menolak permintaan kalian karena bagi mereka, mereview tulisan penulis pemula yang notabene masih amburadul hanya memakan waktu. Meski terkadang, ada juga yang bersedia dengan syarat kalian membayar mereka sebagai freelance editor atau memberikan mereka reward atas review tersebut.
8. Jangan Ragu Mengikuti Lomba Nulis
“Ah, aku nggak yakin menang, saingannya berat-berat.”
Hayoo, kalau ngirim ke penerbit nggak PD, ikut lomba nulis nggak yakin, terus kapan naskah kalian mau dijadikan buku? Kalau kalian sudah mencoba menerapkan ilmu yang kalian dapat dari diskusi literasi, berusaha menjaga agar tulisan sesuai dengan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia), nggak ada salahnya untuk mencoba kan?
Menang kalah itu biasa. Kalau di satu lomba, kalian kalah, ikut lomba lain, kalah lagi, ikut yang lain lagi. Bukan berarti kalau kalah, tulisan kalian jelek. Bisa jadi tulisan kalian sebenarnya bagus, tapi ternyata ada yang lebih bagus dan kebetulan kuota pemenang terbatas.
Kalian nggak pernah tahu kan dari arah mana Allah memberikan rezeki kepada kalian? Jadi, jangan membatasi diri sendiri hanya karena keminderan kalian. Okey?
Nah, kira-kira begitu tips-tips dari Redaksi Maghfirah Pustaka, semoga membantu kalian ya!
***
by Redaksi Maghfirah Pustaka
The ad is displayed on the page
current post: Delapan Cara Agar Penulis Pemula Naik Kelas, ID: 2046
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual