(Bagian Ke-1 dari Rangkaian Kisah Peperangan Kaum Muslimin vs Kaum Yahudi)
Pada saat Nabi Muhammad ﷺ tinggal di Madinah, penduduknya adalah masyarakat yang majemuk. Pertama, ada masyarakat bangsa Arab yang terdiri dari beberapa kabilah/suku; ada yang pribumi Madinah dan ada yang pendatang; ada yang sudah Muslim dan ada yang masih kafir. Di samping itu juga terdapat masyarakat bangsa Yahudi yang juga terdiri atas beberapa kabilah/suku. Dari informasi yang didapat, diketahui bahwa dari 10.000 penduduk Madinah pada saat itu, terdapat 1.500 umat Muslim, 4.000 umat Yahudi, dan 4.500 orang Arab penyembah berhala.
Menyadari kenyataan itu, setelah Nabi Muhammad ﷺ hijrah ke Madinah, beliau segera membangun masjid, kemudian mempersaudarakan kaum mukmin dari kalangan Muhajirin (orang-orang mukmin yang hijrah dari Makkah ke Madinah) dengan kaum mukmin dari kalangan Anshar (orang-orang mukmin penduduk asli Madinah).
Piagam Madinah
Kemudian, agar tercipta masyarakat Madinah yang bersatu dan rukun, Nabi Muhammad ﷺ menggalang kesepakatan dengan seluruh elemen masyarakat di kota Madinah dan sekitarnya, termasuk dengan kaum Yahudi dan masyarat Arab yang masih musyrik. Kesepakatan itu dituangkan ke dalam sebuah dokumen tertulis yang kemudian dinamakan Shahifah Al-Madinah (Piagam Madinah). Para ilmuwan sejarah menyatakan bahwa Shahifah Al-Madinah adalah konstitusi tertua di dunia.
Isi Shahifah Al-Madinah mencakup urusan politik, sosial, hukum, ekonomi, hak asasi manusia, kesetaraan, kebebasan beragama, pertahanan, keamanan, dan perdamaian.
Shahifah Al-Madinah memuat 47 pasal perjanjian. Beberapa di antaranya mencakup perjanjian dengan kaum Yahudi, antara lain: Kaum Muslimin dan kaum Yahudi menjalin perdamaian, bantu-membantu dalam menghadapi musuh, dan memikul biaya bersama selama dalam peperangan.
Pasca kemenangan kaum Muslimin pada Perang Badar, komunitas Yahudi dari suku Bani Qainuqa’ menunjukkan kedengkiannya terhadap umat Islam dengan menyebarkan ujaran kebencian dan melakukan gangguan terhadap kaum Muslimin.
Nabi Muhammad ﷺ kemudian mendatangi mereka dengan menasihati agar menghentikan sikap permusuhan. Namun mereka mengabaikan nasihat Nabi Muhammad ﷺ. Bahkan mereka mencemooh beliau, “Hai Muhammad, janganlah engkau merasa bangga karena engkau telah berhasil membunuh sejumlah orang Quraisy. Mareka orang-orang lemah dan tidak bisa berperang. Sesungguhnya jika engkau berperang melawan kami, engkau akan tahu bahwa kami benar-benar manusia.”
Pelecehan
Sikap permusuhan kaum Yahudi Bani Qainuqa’ terus berlangsung sampai pada peristiwa puncaknya, yaitu ketika sekelompok laki-laki Yahudi melakukan pelecehan terhadap seorang wanita Muslimah di pasar Bani Qainuqa’.
Mereka meminta agar wanita itu menyingkap jilbabnya. Tentu saja wanita Muslimah tersebut menolaknya. Kemudian seorang di antara mereka mengikat ujung pakaian wanita itu tanpa dia ketahui, sehingga ketika dia bergerak, maka aurat Muslimah tersebut tersingkap.
Wanita tersebut berteriak minta tolong. Seorang Arab Muslim yang mendengar teriakan itu kemudian datang menolong. Dia berhasil membunuh pelaku pelecehan itu. Namun, Muslim pemberani itu juga terbunuh setelah dikeroyok orang-orang Yahudi.
Pengkhianatan kaum Yahudi terhadap Piagam Madinah membuat marah kaum Muslimin. Nabi Muhammad ﷺ kemudian mengerahkan pasukan ke permukiman Bani Qainuqa’ untuk menghukum pelaku kejahatan. Namun mereka enggan menyerahkan para penjahat itu. Kaum Yahudi itu kemudian masuk ke dalam benteng pertahanan mereka, untuk menghindarkan diri pasukan Muslim.
Kalah dan Terusir
Pasukan Muslim mengepung benteng pertahanan mereka, sampai mereka kehabisan makanan dan kemudian menyerah kalah.
Atas pengkhianatan mereka, kaum Yahudi Bani Qainuqa itu patut mendapat hukuman mati. Namun atas upaya advokasi dari Abdullah bin Ubay bin Salul, Nabi Muhammad ﷺ tidak jadi menjatuhkan hukuman mati kepada kaum Yahudi Bani Qainuqa. Mereka hanya dijatuhi hukuman pengusiran dari permukimannya. Eksekusi mati hanya dilaksanakan kepada pemimpin Bani Qainuqa, yakni Ka’ab al-Asyraf yang sering melancarkan propaganda permusuhan kepada umat Islam. Orang-orang Yahudi Bani Qainuqa lainnya menyingkir ke Syam.* (Saiful Hamiwanto).
Sumber: Ahmad Hatta, et al, The Great Story of Muhammad, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2014.
The ad is displayed on the page
current post: Perang Bani Qainuqa', ID: 35278
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual