(Bagian Ke-2 dari Rangkaian Kisah Peperangan antara Kaum Muslimin vs Kaum Yahudi)
Pada suatu ketika Nabi Muhammad ﷺ bersama beberapa sahabat beliau mengunjungi permukiman masyarakat Yahudi dari kabilah Bani Nadhir, di luar kota Madinah.
Maksud kunjungan beliau untuk meminta kabilah Bani Nadhir turut berkontribusi dalam pembayaran diyat (uang tebusan) atas kesalahan pembunuhan yang dilakukan ‘Amr bin Umayyah terhadap dua orang suku Bani Kilab. Kewajiban kontribusi itu berdasarkan isi perjanjian dalam Piagam Madinah.
Kedatangan Nabi Muhammad ﷺ nampak disambut baik oleh para pemuka masyarakat Bani Nadhir. “Kami akan membantu wahai Abu Qasim. Silakan duduk di sini, sambil menunggu kami menyiapkan uang kontribusi itu.”
Nabi Muhammad ﷺ kemudian duduk di pinggir dinding sebuah rumah mereka. Di sampingnya ada Abu Bakar, ‘Umar bin Khaththab, ‘Ali bin Abu Thalib, dan sahabat lainnya.
Rencana Pembunuhan
Duduknya Nabi Muhammad ﷺ pada tempat yang mereka sediakan dilihat sebagai kesempatan untuk membunuh beliau. Mereka kemudian berunding untuk melaksanakan niat jahatnya. “Siapa di antara kalian yang berani membawa batu penggiling ini ke atap rumah, kemudian menjatuhkannya ke kepala Muhammad?”
“Aku,” jawab ‘Amr bin Jahhasy.
Orang Yahudi lain yang bernama Sallam bin Misykam menentang rencana pembunuhan itu, “Jangan lakukan itu! Demi Allah, Muhammad pasti akan diberi tahu tentang apa yang hendak kalian lakukan. Lagipula perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dan dia.”
Namun mereka mengabaikan nasihat Sallam. Mereka terus mempersiapkan pelaksanaan rencana jahatnya.
Tapi sebelum niat mereka terlaksana, Malaikat Jibril telah datang kepada Nabi Muhammad ﷺ, memberitahukan apa yang hendak dilakukan orang-orang Yahudi Bani Nadhir terhadap beliau.
Nabi Muhammad segera menyingkir dari tempat duduknya, yang kemudian diikuti oleh para sahabat beliau, sehingga terhindar dari bahaya yang hendak dilancarkan orang-orang Yahudi.
Ultimatum
Sebagai hukuman atas pengkhianatan Bani Nadhir, Nabi Muhammad ﷺ mengusir mereka dari wilayah Madinah. Melalui utusannya yang bernama Muhammad bin Maslamah, Rasulullah berpesan, “Tinggalkan Madinah dalam 10 hari dan jangan hidup bertetangga denganku lagi! Siapa yang masih aku temui sesudah ini maka akan aku penggal kepalanya.”
Karena takut terhadap ancaman itu, kaum Bani Nadhir bersedia untuk pergi dari Madinah. Namun ketika mereka tengah bersiap-siap, datang utusan Abdullah bin Ubay bin Salul yang menghasut Bani Nadhir untuk melawan. Kaum munafik itu menjanjikan akan melakukan pembelaan terhadap Bani Nadhir dengan 2 ribu pasukan.
Karena merasa ada pembelaan, kaum Yahudi Bani Nadhir berubah sikap, melawan perintah Nabi Muhammad ﷺ. Pemimpin mereka, Huyyay bin Akhtab mengirim pesan kepada Nabi Muhammad ﷺ, “Kami tak akan keluar dari tempat kami. Berbuatlah menurut kehendakmu!”
Pengepungan dan Pengusiran
Tantangan itu dijawab oleh Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat dengan pekik takbir dan penyiapan pasukan perang.
Tak lama kemudian pasukan Islam datang menyerbu perkampungan Bani Nadhir. Namun orang-orang Yahudi itu tidak berani bertempur dengan berhadapan langsung. Mereka memilih berlindung di balik benteng, kemudian melontarkan anak panah ke pasukan Muslim.
Nabi Muhammad ﷺ beserta pasukan Muslim mengepung perkampungan Bani Nadhir dari jarak yang tidak bisa dijangkau panah mereka.
Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Hasyr ayat 5, Allah memasukkan rasa gentar di hati orang-orang Bani Nadhir, sehingga setelah dikepung selama 5 hari 6 malam, akhirnya kaum Bani Nadhir menyerah kalah. Mereka mengirim utusan kepada Nabi Muhammad ﷺ dengan pesan, “Kami siap hengkang dari Madinah.”
Nabi Muhammad ﷺ mengizinkan mereka untuk pergi meninggalkan Madinah dengan membawa keluarga dan harta benda—minus senjata—sebanyak yang dapat diangkut seekor unta.
Kaum Bani Nadhir kemudian keluar dari perkampungan mereka dengan 600 ekor unta. Sebagian menuju perkampungan Khaibar dan sebagian lain pergi ke Syam.* (Saiful Hamiwanto).
Sumber: Ahmad Hatta, et al, The Great Story of Muhammad, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2014.
The ad is displayed on the page
current post: Perang Bani Nadhir, ID: 35313
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual