Ketika Makna “la Ilaha illallah” Telah Hilang

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (Maryam [19]: 59)

Dalam sebuah hadist, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengirimkan satu pasukan di tengah kegelapan malam. Mereka kemudian memilih dua orang sahabat untuk ronda malam, yaitu Ammar bin Yasir dan Ubbad bin Basyar. Keduanyalah yang bertugas menjaga pasukan di tengah kegelapan malam.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terbuka untuk berjaga di jalan Allah. (HR. Tirmidzi)

Namun sekarang, ribuan mata telah kehilangan makna la ilaha illallah. Akibatnya, manusia hanya melihat, begadang, bersenang-senang, serta melupakan Tuhan langit dan bumi yang pandangan-Nya kepada seorang hamba lebih cepat dari pandangan hamba itu sendiri pada kemaksiatan.

Kemudian Ammar bin Yasir dan Ubbad bin Basyar melaksanakan jaga malam, “Apakah kau hendak meronda pada awal atau akhir malam?” tanya Ammar.

“Awal malam,” jawab Ubbad.

Ubbad pun melaksanakan tugasnya menjaga pasukan Muslimin. Dia menggunakan waktu jaganya untuk shalat dan menangis. Ketika sedang mendirikan shalat, musuh membidik panah dan mengenai tubuhnya. Ubbad mencabut anak panah itu dan meneruskan shalatnya. Musuh membidikkan panah kedua dan mengenai tubuhnya. Ubbad kembali mencabut anak panah tersebut. Musuh membidikkan anak panah yang ketiga, dan dia pun mencabutnya lagi. Ketika darah mengucur deras dari lukanya, Ubbad memendekkan shalatnya dan mengucapkan salam. Lalu, dia memanggil Ammar, “Ammar, bangunlah, sekarang giliranmu menjaga. Demi Allah, kalau saja aku tidak khawatir tewas dan musuh menyerang, aku takkan menghentikan shalatku hingga mati.”

Namun setelah generasi ini, datanglah generasi yang meninggalkan shalat Shubuh, kecuali orang yang dirahmati Allah. Coba tanyakan kepada masjid-masjid. Coba tanyakan kepada halaqah ilmu yang hanya dihadiri oleh orang-orang yang dipilih Allah. Kita harus menyeru ribuan orang yang berpaling dari jalan Allah agar mereka kembali kepada iman dan tauhid.

Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq menderita sakit, orang-orang bertanya, “Apa yang kau rasakan?”

“Aku merasakan dosa-dosaku,” jawabnya.

Orang semacam Abu Bakar masih merasakan dosa-dosanya. Padahal dialah orang yang menggunakan harta, darah, air mata, ruh, jiwa, malam dan siangnya untuk menegakkan la illaha illallah. Sementara di antara kita ada yang sama sekali tidak mendirikan shalat, anehnya, meskipun demikian dia masih berkata, “Manusia itu ada dalam kebaikan dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Agama itu mudah,”

Ini adalah ciri keislaman dan keimanan golongan Murji’ah, yang sama sekali tidak diterima oleh Islam.

***

(Disadur dari buku Bertaubatlah Agar Menang Dunia Akhirat, terbitan Maghfirah Pustaka)

Penyadur: Nila Fauziyah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top