“Nadia, ayo! Sudah hampir jam 7, kita kesiangan nih,” teriak Zahra dari luar pagar. Suaranya terdengar tidak sabaran. Ditambah lagi, cengkraman tangannya pada pagar besi yang kulihat dari kejauhan. Membuatku sama sekali tak bisa berleha-leha.
“Iya, iya. Ini sudah selesai.” Aku terburu-buru menyelesaikan ikatan tali sepatu. Kemudian, tanpa membuang waktu kuraih tangan Bunda yang baru saja muncul dari dalam rumah.
“Kita jalan, ya, Bun. Assalamualaikum.”
“Waalaikum salam. Hati-hati di jalan, Nad.”
Cerita di atas adalah contoh tulisan yang mengandung kesalahan awam. Seringnya masyarakat menganggap kata “kita” dan “kami” memiliki pengertian yang sama. Padahal kenyataannya, kedua kata tersebut punya arti yang berbeda.
Yang satu menunjukkan percakapan yang mengajak lawan bicaranya, sedangkan yang satu lagi tidak. Nah, pada contoh di atas, terdapat dua kata “kita”.
Pertama, ucapan Zahra kepada Nadia, “Sudah hampir jam 7, kita kesiangan nih.”
Kalimat di atas benar, karena:
- Posisi Nadia sebagai lawan bicara Zahra, dan Nadia diajak ke dalam “kita” yang dimaksudkan oleh Zahra.
- Sehingga kalimat “… kita kesiangan nih.” Memiliki pengertian bahwa Zahra dan Nadia sudah kesiangan.
Kedua, ucapan Nadia kepada bundanya, “Kita jalan, ya, Bun. Assalamualaikum.”
Kalimat di atas salah, karena:
- Posisi Bunda sebagai lawan bicara Nadia, tetapi Bunda tidak diajak ke dalam “kita” yang dimaksudkan Nadia.
- Sehingga kalimat, “Kita jalan, ya, Bun …” punya persepsi yang salah. Persepsi Nadia adalah dia dan Zahra yang jalan, tapi kalimatnya malah mengartikan Bunda juga diajak jalan.
Maka kalimat yang benar, “Kami jalan, ya, Bun. Assalamualaikum.” dengan begitu menjadi jelas tokoh-tokoh mana saja yang diajak, mana saja yang tidak.
Secara sederhana, kata “kita” dipakai apabila seseorang berbicara dengan lawan bicara, lalu mengajak lawan bicaranya ke dalam pembicaraan tersebut. Biar lebih jelas, lihat gambar di bawah ya!
Contoh lain:
Di JCC (Jakarta Convention Center) sedang berlangsung acara pameran buku. Saat itu jam istirahat dan dua SPG Penerbit Maghfirah Pustaka terlihat mengobrol.
“Huaah! Hari ini ramai banget. Stand kita sampai kebanjiran pembeli,” kata SPG 1.
“Alhamdulillah. Semoga saja hari berikutnya stand kita tetap ramai,” jawab SPG 2.
Lalu, muncul SPG 3 (dari penerbit lain) mendekati mereka dan menyapa, “Kalian kelihatan capek banget.”
SPG 1 tertawa, kemudian menjawab, “Iya nih. Alhamdulillah stand kami ramai, kami sampai kelimpungan.”
Sudah semakin paham kan bagaimana membedakan kata “kita” dan “kami”?
Jadi, mulai sekarang coba gunakan kata “kita” dan “kami” pada tempatnya ya!
Penulis: Nila Fauziyah
The ad is displayed on the page
current post: Beda Kita dan Kami, ID: 1017
Ad: ads bawah pst (35603)
Placement: After Content (after-content)
Display Conditions
Ad | wp_the_query |
---|---|
post | post |
Find solutions in the manual